War Takjil : Fenomena Ramadan 2024 dan Dampak Sosialnya
PEKALONGAN MEDIA - Setiap tahun, umat muslim di seluruh dunia menyambut bulan suci Ramadhan dengan antusiasme yang luar biasa. Namun, di tengah semaraknya ibadah dan kebersamaan, muncul fenomena menarik pada bulan ramadhan tahun ini, yang sering disebut dengan "War Takjil".
War takjil yang berlangsung di pasar dan tempat umum selama Ramadan, sering menjadi momen kebersamaan mulai dari pembeli Muslim dan bahkan sampai non-Muslim. Meskipun bisa ada antrian panjang dan persaingan untuk mendapatkan takjil favorit, suasana umumnya penuh toleransi dan kebaikan. Para pembeli tanpa memandang agama, saling bertukar senyuman, cerita, dan mempererat ikatan sosial dan saling pengertian antara satu dengan yang lainnya.
War Takjil membawa dampak yang cukup signifikan pada kehidupan sosial masyarakat. Pertama-tama, fenomena ini menciptakan peluang usaha bagi para pedagang kecil dan pelaku UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah). Mereka dapat meningkatkan pendapatan mereka selama bulan Ramadhan dengan menjual takjil kepada para pembeli yang memadati tempat-tempat penjualan.
Selain itu, War Takjil juga memperkuat ikatan sosial di antara masyarakat. Momen berburu takjil bersama keluarga, teman, dan tetangga menjadi kesempatan berharga untuk menjalin silaturahmi dan meningkatkan kebersamaan. Tidak jarang pula, kegiatan berbagi takjil kepada sesama yang kurang mampu menjadi wujud nyata dari semangat kepedulian sosial selama bulan suci Ramadhan.
Namun demikian, ada pula dampak negatif yang perlu diperhatikan dari fenomena War Takjil. Salah satunya adalah peningkatan pemborosan dan konsumsi makanan yang tidak seimbang. Banyak orang yang tergoda untuk membeli takjil secara berlebihan atau makanan yang kurang sehat, yang pada akhirnya berakibat kurang baik bagi kesehatan.
Dengan demikian, penting bagi masyarakat untuk menjaga keseimbangan antara menikmati keceriaan War Takjil dan menjaga kesehatan serta kebersamaan yang lebih bermakna selama bulan Ramadhan. Melalui kesadaran akan dampak sosial dan kesehatan, kita dapat memastikan bahwa fenomena War Takjil tetap menjadi bagian yang menyenangkan dari tradisi Ramadhan tanpa mengorbankan nilai-nilai sosial yang lebih tinggi.
Penulis : Firlaya Meitsa Mona | Mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan.
Belum ada Komentar
Posting Komentar